UN yang di laksanaan pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan atas setiap tahunnya, menjadi momok yang menakutkan bagi pelajar, orang tua, guru, bahkan bagi pemerintahan daerah.
UN menjadikan setiap pelajar, guru dan pemerintahan daerah berfikir secara termodinamis yang mementingkan hasilnya dari pada `prosesnya, menjadikan pelajar melakukan berbagai cara untuk lolos dalam menghadapi UN, sekalipun melalui cara-cara yang tidak benar. Bukan hanya pelajar yang melakukan hal yang tidak benar, bahkan guru dan pihak sekolah-pun ada yang memfasilitasi siswanya untuk melakukan tindakan yang salah saat UN misalnya mencontek.
Disini, factor psikologi berbicara, guru dan sekolah tersebut akan malu jika siswanya tidak lolos dan akan membuat sekolah tersebut dianggap gagal dan dianggap tidak kompeten dalam mendidik anak.
Hal tersebut juga berimbas pada pemerintahan dimana jika banyak dari masyarakatnya yang tidak lolos UN akan dicap sebagai daerah yang mutu pendidikannya rendah. Jadi faktor itulah yang menyebabkan mereka melakukan segala apapun untuk lolos dalam UN.
Padahal jika dilihat dari tujuan UN yang sangat mulia yaitu untuk penyetaraan mutu pendidikan, maka teramat di sayangkan jika ternyata praktik di lapngan seperti itu, yang semestinya UN sebagai media untuk peningkatan mutu pendidikan tapi realitasnya pendidikan semakin menurun.
UN menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, banyaknya permasalahan yang terjadi akibat adanya UN.
lalu.. apakah kita harus setuju untuk diadakannya UN keembali??????
bersambung :-)
0 komentar